Beli asuransi sekarang, saat risiko belum terjadi

  • 03 Dec 2015 11:25
  • Artikel
  • 0 komentar

asuransi jiwa - bridge indonesia - artikelDalam pengelolaan keuangan individu yang baik, melengkapi kebutuhan proteksi termasuk langkah utama. Tapi, jangan salah dalam memilih produk asuransi, biar tidak menyesal di kemudian hari. Simak kiat memilih asuransi.

Bermacam risiko melingkupi kehidupan kita dari waktu ke waktu. Risiko kesehatan, risiko kecelakaan, risiko kehilangan harta benda, dan lainnya bisa dibilang selalu ada. Jelas agak sulit menghilangkan risiko-risiko itu sepenuhnya dalam kehidupan kita.

Tapi, bukan berarti berbagai risiko tersebut tidak bisa kita kelola. Keberadaan produk asuransi sebagai skema pengalihan risiko ke pihak ketiga bisa Anda manfaatkan. Tujuannya, ketika terjadi risiko, kerugian finansial bisa Anda minimalkan.

Dalam pengelolaan keuangan individu yang baik, melengkapi kebutuhan proteksi termasuk langkah utama. Ada dua kebutuhan proteksi minimal yang harus dipenuhi seseorang: asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Asuransi jiwa sifatnya wajib dipenuhi bila Anda seorang pencari nafkah utama atau punya tanggungan jiwa.

Saat ini sangat banyak produk asuransi yang dipasarkan. Jenisnya bermacam-macam, mulai asuransi umum, asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, sampai asuransi kerugian. Sekarang produk asuransi bukan cuma berupa asuransi konvensional, juga asuransi syariah.

Hanya, kendati sudah cukup banyak produk asuransi beredar di pasar, tidak sedikit orang yang masih kesulitan ketika dihadapkan pada keputusan pembelian asuransi. Para perencana keuangan memberi saran, agar Anda lebih dulu memahami jenis asuransi yang ada di pasar. Tapi pada dasarnya asuransi terbagi menjadi dua jenis.

Pertama, asuransi jiwa umum atawa life general insurance. Asuransi jiwa memberikan sejumlah dana kepada orang yang ditunjuk jika terjadi risiko kematian dari tertanggung. “Jadi yang dilindungi adalah orangnya,” ujar Sari Insaniwati, perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE).

Kedua, asuransi umum atau general insurance. Asuransi ini biasa disebut juga sebagai asuransi kerugian. Skemanya, asuransi umum memberikan sejumlah dana kalau terjadi risiko kehilangan atau kerusakan barang yang ditanggung. Sehingga, yang menjadi objek proteksi ialah benda atau barang.

Pandji Harsanto, perencana keuangan OneShildt Financial Planning, menambahkan, ketika sudah memahami jenis dan manfaat sebuah produk asuransi, akan lebih mudah untuk menentukan produk asuransi mana yang paling tepat untuk kebutuhan Anda. Sebab, beda jenis asuransi akan beda pula pendekatan yang digunakan untuk mengukur ketepatan produk itu untuk seseorang.


Waktu yang tepat
Asuransi pada dasarnya adalah skema pengalihan risiko yang ada pada seseorang atau sebuah benda ke pihak ketiga yaitu perusahaan asuransi. Untuk mendapatkan proteksi ini, seseorang harus membayar sejumlah biaya atau premi pada perusahaan asuransi. Karena yang Anda beli adalah proteksi atas sebuah risiko, “Waktu paling tepat membeli produk asuransi adalah sekarang, saat risiko belum terjadi sebagai langkah mitigasi,” tegas Pandji.

Misalnya, produk asuransi jiwa sudah perlu dibeli ketika Anda telah memiliki penghasilan dan tanggungan jiwa. Tanggungan jiwa maksudnya, saat terjadi risiko kematian, ada pihak-pihak yang kebutuhan finansialnya berisiko terganggu, seperti anak dan istri.

Terus, faktor apakah yang lebih penting kita pertimbangkan ketika membeli asuransi? Biaya premi atau besar manfaat alias uang pertanggungan? Menurut Sari, kedua faktor ini sama pentingnya. Alhasil, Anda perlu menyesuaikan beban pembayaran premi sesuai kemampuan finansial, sehingga kebutuhan asuransi tidak menggerus keseimbangan kantong. “Kebutuhan hidup dasar sudah harus terpenuhi dulu,” kata Sari.

Berikut hal-hal utama yang perlu Anda pertimbangkan dalam membeli asuransi:


• Kebutuhan
Kebutuhan apa yang utama? Seorang pencari nafkah yang memiliki tanggungan jiwa lebih membutuhkan asuransi jiwa ketimbang anaknya yang masih berusia remaja. Pertama-tama hitung kebutuhan uang pertanggungan yang Anda perlukan. Ada banyak pendekatan untuk menghitung kebutuhan uang pertanggungan. Pandji memberikan gambaran, minimal uang pertanggungan yang dibutuhkan seseorang adalah 60 kali penghasilan per bulan.

Sehingga, ketika si pencari nafkah meninggal atau tidak bisa bekerja lagi karena cacat tetap, keluarga yang ditanggung masih dapat bertahan setidaknya selama lima tahun tanpa penghasilan dari pencari nafkah. Menurut Pandji, kebutuhan premi asuransi adalah sekitar 5%–7,5% dari gaji.

Selain asuransi jiwa bagi si pencari nafkah, pastikan juga kebutuhan asuransi kesehatan keluarga tercukupi. Masyarakat Indonesia saat ini wajib mengikuti layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan beban premi relatif murah. Jadi, pastikan Anda dan keluarga sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan. Jika ingin melengkapi fitur manfaat asuransi kesehatan, Anda bisa menambahkannya lewat pembelian asuransi kesehatan swasta.

Ketika asuransi jiwa dan kesehatan sudah terkaver, Pandji menyarankan agar Anda tidak lupa memproteksi aset-aset harta benda yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, seperti rumah dan kendaraan.


• Jenis proteksi
Setelah mengetahui kebutuhan asuransi, saatnya menyisir dengan detail jenis tanggungan yang ditawarkan sebuah produk asuransi. Untuk jenis asuransi jiwa, misalnya, selain memberikan proteksi atas risiko kematian, apakah produk tersebut juga bisa dilengkapi dengan pelengkap atau rider lain? Contohnya, waiver of premium yang memungkinkan cuti premi saat di tengah masa pertanggungan Anda terkena risiko sakit atau cacat dalam waktu yang cukup lama.

Begitu juga untuk asuransi kesehatan. Apa saja penyakit yang ditanggung dan tidak ditanggung oleh produk tersebut? Adakah limit pertanggungan? Apakah limit pertanggungan dibatasi setiap tahun atau batasan setiap penyakit? Apakah asuransi itu melindungi juga ketika Anda berobat ke luar negeri? Dan sebagainya.


• Besaran premi
Langkah berikutnya, menimbang beban premi. Beberapa perencana keuangan memberi batasan beban biaya premi sekitar 10% dari penghasilan bulanan. Alokasi sebesar itu mencakup kebutuhan seluruh premi, mulai premi asuransi jiwa, kesehatan, hingga harta benda. "Agar tidak mengganggu pos keuangan yang lain, ada baiknya premi yang dibayarkan tidak lebih dari 10% dari penghasilan," imbuh Pandji.


• Cara pembayaran
Cara pembayaran premi asuransi penting juga untuk dilihat. Apakah pembayarannya bisa bulanan, per kuartal, tiap semester, tahunan atau bisa sekaligus di depan? Teknis pembayaran juga perlu Anda perhatikan. Memilih produk asuransi dengan sistem pembayaran paling praktis tentu lebih baik bagi Anda. Contohnya, cukup dengan otodebet rekening tanpa perlu mendatangi kantor cabang perusahaan asuransi.

• Proses klaim
Semakin mudah manfaat sebuah produk asuransi terakses, semakin menarik produk tersebut untuk menjadi pertimbangan. Misalnya, untuk produk asuransi kesehatan, apakah cashless atau memakai sistem reimbursement? Sistem cashless mungkin lebih tepat menjadi pilihan karena Anda tidak perlu pusing menyiapkan dana ketika mendadak sakit dan harus ke rumahsakit untuk rawat inap. Sedangkan sistem reimbursement biasanya banyak diterapkan pada produk asuransi kesehatan berjenis santunan harian atau cashplan.

Demikian halnya untuk produk asuransi jiwa. Pastikan Anda dan keluarga yang menjadi penerima manfaat sama-sama memahami betul teknis proses klaim. Kelak bila terjadi risiko, keluarga yang Anda tinggalkan tidak kesulitan mendapatkan hak mereka.

Pandji mewanti-wanti, jangan menjadikan anak kandung yang belum cakap hukum sebagai ahli waris. Kesalahan yang sering dilakukan para pemegang polis ialah menjadikan anak yang belum cakap hukum sebagai ahli waris asuransi jiwa. "Akibatnya, ketika terjadi risiko kematian, ahli waris tersebut belum bisa menerima santunan uang pertanggungan sampai dengan usianya cakap hukum atau harus menunggu dari perwalian," ungkap Pandji.

Jangan salah memilih, biar tak menyesal kemudian.

Sumber: personalfinance.kontan.co.id

0 komentar

Kirim Komentar